Archive for the ‘Curcol’ Category

Menemukan Jalan

Posted: December 31, 2017 in experience, Story

 

IMG_20171210_063611.jpg

Kami dan Pagi di Pare, Kediri

 

Tuhan tak memberikan apa yang kita inginkan, tapi memberikan apa yang kita butuhkan. Everything happens for a reason.

Atas nama apa lagi diri pantang bersyukur? Tuhan tidak memberikan yang diinginkan, namun membawa diri menggapai apa yang selama ini hanya bisa diimpikan.

Dalam akhir menghabisi tahun 2017, menjelang akhirDesember, diri ini berada di sebuah kecamatan kecil, berpopulasi cukup padat, tanpa destinasi wisata yang menonjol, tapi mampu menarik pengunjung dari berbagai penjuru Indonesia.

Dua bulan yang lalu, awal bulan September tepat tanggal 7, kaki ini berjejak di tanah dewata, tanah yang menjunjung tinggi tradisi yang menjadi gula manis penarik semut-semut wisatawan, bukan hanya dari Indonesia, tapi dari seluruh penjuru dunia,tak jarang mereka tidak tahu Indonesia, meski sudah berkali waktu ke Bali. The last paradise in the world, adalah tagline yang akan menyambut selalu di Bandara Ngurah Rai, seakan memberikan garansi kesan keindahan yang mungkin hanya bisa dinikmati di Bali. Yah, saya di Bali, bukan hanya sehari atau seminggu tapi lebih dari itu. Maka apa yang saya harus katakan untuk semua ini?

(more…)

“..Bagi pengendara…untuk tidak menggunakan handphone saat mengemudi…”

Suara merdu itu mulai akrab di telinga saya sejak beberapa bulan belakangan. Sejak menggunakan perangkat lampu lalu lintas yang baru, beberapa titik persimpangan di Kota Makassar telah dilengkapi dengan pengeras suara. Fungsi pengeras suara ini lebih sebagai media informasi yang berusaha mengingatkan pengendara yang melintas untuk tetap memperhatikan keamanan dan ketertiban saat berkendara. (more…)

“Hanya waktu yang masih setia pada janjinya. Menempuh 60 detik untuk menggenapi 1 menit dan 60 menit untuk menjadikan 1 jam”

Setahun berlalu dengan sejuta kejadian yang menghiasi lembaran kenangan. Kenangan yang sayang untuk dilupakan ibarat warna yang menggoreskan rupa di lukisan hidup kita. Jika harus menuliskan warna apa saja yang menghiasi lukisan hidup saya tahun ini, maka berikut ini beberapa warna yang memberikan nuansa baru di hidup saya:

1. Putih Hitam Kertas Tesis

20150410_100910Awal tahun menjadi perjuangan terberat menyelesaikan studi S2. Setelah tertinggal jauh menjelang masa liburan, Januari dan Februari menjadi saksi perjalanan awal penelitian tesis saya. Dari konsultasi yang menjenuhkan, keberadaan dosen yang timbul tenggelam, hingga persyaratan administrasi yang begitu menyulitkan. Semua seakan mendukung pengalaman yang tak terlupakan meraih gelar yang lebih tinggi.

(more…)

Finding Forester is an old movie that presented the life of very well-known writer who disappeared after publishing his first book. I find my way through this very inspirational movie how to enjoy writing and start to own special character or style in our writing. Somehow, we need to write everything to make sure that it is written already. To put forward some ideas that come out in the first beginning of the journey of writing, it is going to be so hard. We need to believe that actually we can make the challenging ideas to become exist only by writing it right away. Since the time will not wait for no one, start the writing when it is still on fire will increase the effectiveness and accuracy of the bright idea. This writing is devoted to the very simple of me. My competence to underlie the structure and the main story is very responsible for the style of this writing and also the hyper creativity that comes out in the right time leads the rest of this writing. I do understand for some reasons that I will make many things in the wrong places and/or bring the negative effects by the end of this writing. As the basic thing I have learned so far, the writing and the time will always in the same place to complete each other. By the time passed, we will see the writing becomes the story that allow many ideas come up, whether to criticise, to give a praise or even to ignore it. To be sure, no one will read the ideas of this writing, if I do not write it.

(more…)

Kembali teruntuk hujan

Posted: March 17, 2015 in Curcol, Kuliah
Tags:

Dan tetiba pagi basah dan tergenang dengan rintik yang menyatuh sudah. Sedalam jauh mereka menjadi gelaran pijak kotor dan debu kala kering. Semalam sudah mengikis ruang pembalasan,  atas gelap yang mengantar tidur berpacu menggelar mimpi di ruang imaji.
Semakin jam berdetak membelah tepian sudut angka. Menunjukkan waktu saat kita beranjak pergi. Menyingsingkan asa sejenak melaju ke depan. Mengejar tapi tak tentu arah. Melihat tujuan meski arah belum tercerahkan.
Sesampai di sini bersama diri sendiri. Menanti tetapi berhenti henti. Sesekali berbalik dan tak ingin kembali. Menjadi seorang diri hanya dari sebilah hati. Teguh dan bertahan pada apa yang diyakini. Menjadikan sendiri berpeluh-peluh hingga tak ada yang peduli.
Begitu lah diri terkadang menjadi. Kala mimpi tak berjuang hanya menanti. Berpikir terus menerus tanpa eksekusi. Tak lebih dari diri yang tak berganti-ganti.

#Kolong, 10:50

Kala Waktu Tak Lagi Setia

Posted: March 3, 2015 in Curcol, Rasa
Tags: , ,

Sejak dulu selalu dikata bahwa waktulah yang mampu setia. Katanya ia tak pernah ingkar, selalu sama dan tak pernah beda.
Ia mengabadikan setiap detik menjadi menit.
Mengumpulkan menit menjadi jam
Bersama jam itu menuju hari
Berganti dan berputar bak roda

Namun ia tetap setia pada hitungannya
Detik yang selalu menjadi awal menit
Menit yang tetap pada hitungan ke-60nya
Hari yang berputar pada ke-7 jenisnya
Masih seperti itu…
Tak pernah berganti meski mungkin ia merasa lelah

Aku heran padanya
Apakah ia tak merasakan kebosanan?
Berlaku seperti itu trus dan trus
Tak henti meski tak ada yang peduli

Mungkin nanti jika aku menjadi seseorang
Kan ku bebaskan waktu dari penindasan
Seperti dulu senior kami benci akan penindasan
Meski ini mungkin sebuah kegilaan

Waktu yang bebas dan tanpa hitungan
Tanpa paksaan tuk berganti di tiap putaran
Semaunya ia akan menetap dan menunggu
Hingga semua akan tertawa tanpa perlu berhenti

Bayangkan waktu mengikuti maunya
Ia tak lagi menjadi penyebab musibah
Ia takkan membuatmu terlambat lagi
Ia takkan mengurangi kesenanganmu lagi
Ia akan tetap menyimpan ruang bersama keluargamu nanti
Dan waktu pun kan menjadi penyelamat dalam hidupmu nanti

Sampai waktu terbebas nanti
Ku ingin mengenang dulu
Sepenggal bait lagu yang lampau
Hingga ku lupa kapan kan berganti
Waktuku takkan lama lagi
Ia akan bebas dan tak bertepi
Tak lagi ada menit yang dibatasi
Tak lagi ada hari yang tak terganti
Bahkan bulanpun tak lagi selusin
Semua bebas berimaji
Hingga kau merasa nanti
Bahwa saatnya tuk mati
Maka saat itulah waktumu kan terhenti
Dan tak bisa berganti lagi

Waktu yang mati
Tak bisa bebas berkreasi
Ia tahanan kehidupan yang pasti
Ia mengabdi pada kesetiaan yang abadi
Dan itulah waktu..menunggu waktu tuk hidup tak terbatas waktu.

Bersama Hujan

Posted: March 2, 2015 in Curcol, Rasa
Tags: , , ,

Dan hujan menyamarkan semuanya
Deras rintiknya menutupi derunya suara
Mendendangkan alunan kesepian
Mengajak kita tuk sejenak sendiri dan diam
Tak usah kau katakan yang kau rasakan
Teriakan mu juga takkan terdengarkan

Sekali lagi hujan merayumu
Tuk berembuk dulu pada sibukmu
Pada mereka yang menantimu
Pada mereka yang membanggakanmu
Sejenak saja, pikirkan dirimu

Dan bila hujan pun pergi
Ia meninggalkan tetesnya yang membasahi
Bukan tuk mengotori,
Namun tuk membersihkan pikirmu yang tertatih

Bersama hujan, awan dan langit
Diiringi semilir angin nan dingin
Begitulah sepertinya kita
Ada waktu bersama yang dirindukan

#UNM.15:50

Menunggu Tanpa Kepastian

Posted: March 2, 2015 in Curcol, experience
Tags: , ,

Sudah sejam duduk di ruangan ini, tak terasa kursi inipun mulai terasa hangat.
Entah semangat saya yang tadi berapi-api telah berpindah kepadanya, atau ia yang telah bosan menemaniku sedari tadi.
Selasar inipun mulai ramai, beberapa mahasiswa yang kebanyakan berhijab ini saling berebut kursi sembari mulai berkutat dengan laptop masing-masing. Samar-samar juga terdengar bisikan cerita tentang aktivitas perkuliahan mereka hari ini, serasa mereka lebih sibuk berbagi kisah ketimbang diskusi tentang tugas kuliah mereka.
(more…)

Cinta Tali Pusar

Posted: February 24, 2015 in Curcol, Rasa
Tags: , ,

image

Selamat datang pembaca yang tak setia, kali aku tak bermaksud cerita,  hanya sedikit mengumpulkan kenangan atas masa lalu yang mungkin terkesan bejat. Antara X dan Y biarlah seperti itu. X dan Y itu rumit. Mereka adalah hitungan matematis yang tak terduga, tergantung kalian merubahnya dengan variabel apa dan mengapa. Terserah. Begitupun kisah ini..semua terserah pada saya. Ini objektivitas yang subjektif. Saya melihat dua mata yang saling bertautan. Antara X dan Y. Mari kita menemukan jawaban dari rumusan sederhana ini.
Analisis awal X:
Yah, ini tentang cinta, namun jika itu adalah pertemuan yang tdk disengaja, maka akan aku tuliskan pada catatanku, lalu ku tempelkan tepat di layar depan Tab yang mungil ini.tepat di depannya..”tak satupun yang kebetulan,semua ada dalam skenario dan semua itu harus dijalani”…begitu mungkin tepatnya tertulis sudah dicatatan itu.
(more…)

Kertas Putih-Putih

Posted: February 23, 2015 in Curcol, Kuliah, Rasa
Tags: , , ,

Sederhana. Begini. Sudah berapa halaman yang jadi? Masih belum jalan? Sama dong. Saya berpikir sejenak yah.
Mungkin begini. Ada yang memulai dan terstruktur dengan baik. Seperti tiap langkah bahkan coretannya pun telah ditetapkan pada tiap barisnya. Ada yang menyendirikan dirinya dalam ruang pribadinya hingga teks itu terlahir dalam bentuk nyaris sempurna. Itupun sempurna menurut pandangan awam. Saya dan mereka menjadi diam kala perhelatan itu terhenti sejenak. Kita seakan memandang pada waktu yang menertawakan kamu yang dulu penuh keyakinan. Atau bahkan si dia yang dari dulu berkata rombengan, kiasan pinjaman dari seorang itu, sudah matang dengan rencana yang tak tergantikan lagi. Meski teori berkata tidak namun si A mungkin berkata “aku sih..yes”
Terlebih lagi pada mereka yang rela menggelarkan tikar beralaskan pagi, menanti tiap hari mengalahkan penjual jajanan dini hari. Semangat itu tak luntur hingga siangpun menjadi. Katakanlah pada diri mereka itu pejuang sejati yang tak takut pada genk motor itu, bahkan mereka bersahabat pada tukang bentor yang menjadi tempat berteduh mereka hingga terkadang tertidur di atas bentor itu menanti beliau bangun dari tidur bukan mati.
Tapi, bagaimana dengan kita, seperti apa kita kini. Pada headline news berita belum terkabarkan saat ini. Seseorang, dua orang ataupun sejenis perorangan yang tersegerakan. Mendapatkan restu dari pemegang kuasa dalam tenggat waktu yang tak lagi lama.
Kita iyya?
Sudah jauh tidak kita melangkah? Atau kita tak sadar berjalan di tempat? Biarlah kita bergerak walau sedikit. Namun terkadang kecepatan lebih menggiurkan dari sekedar gelaran kenamaan. Berlumut dah sudah kita, seperti yang lain-lain mungkin bisa, sehingga kita hanya butuh formalitas semata hingga gelar itu bersama kita.
Mencoba menjadi idealis terkadang mudah, cukup tidak mainstream. Namun ia yang begitu,  pasti jarang kan mendapatkan hal yang diharap itu.
Bertanyalah saja…
Apa harus menunggu kertas putih ini menjadi hitam dulu sebagai bukti kita juga sedang berusaha? Atau cukup kita berikan ide ini ke tempat yang semestinya?
Sembari menanti, mungkin ada baiknya kita sendiri yang berganti. Rubahlah kita menjadi mereka. Menjadi seperti seharusnya dan seperti itulah mungkin sedari dulu terjadi. Kala kertas-kertas putih itu masih putih, namun kita memilih tuk tetap bermimpi.
Kala waktu itu berganti, namun kita memilih tuk bersantai. Yah, esok masih ada pagi, hari masih jauh tuk meninggalkan rona pada sunset. Kita masih berlari dan belum jauh dari tujuan ataupun titik kita memulai. Kita belum pasti berhenti atau mencapai semua mimpi. Hanya satu yang pasti kita bukan lagi bagian dari masa yang terlampaui. Sudah berlalu pada yang masa yang tak menentu. Tanpa reaksi yang tak termotivasi. Menuntut kalian tuk beraksi dalam ruang imajinasi. Hingga kelak kita melihat toga dalam dimensi yang pasti.