Archive for the ‘Smiler Writing’ Category

Akhirnya Menulis Lagi

Posted: January 29, 2023 in Smiler Writing

“Hidup akan terus berjalan tapi memori tentang kita akan terkenang oleh masa lalu, mau itu kelam atau senang-senang, semua hanya jadi kenangan”

Saya akhirnya menjadikan rutinitas menulis sebagai barang langka. Sudah beberapa tahun lamanya, bukan lagi hari atau minggu bahkan sudah melampaui bulan. Hitungannya sudah beberapa tahun. Terakhir saya menulis saat masih mengisahkan perjalanan yang seru di Ausi dan kepulangan saya ke Indonesia. Setelah itu tak ada lagi tulisan yang terpublish di sini.

Saya sendiri sudah berusaha membangun motivasi dan keharusan menulis sejak satu atau dua tahun lalu, tapi hasilnya nihil, tak ada wujud sama sekali. Hari ini di pagi yang begitu dingin, saya memutuskan menuliskan apa yang ada di kepala saya. Plek, mengucurkan semua yang ada, mengalir apa adanya saja.

Saya tahu tulisan yang bagus itu harus memiliki alur yang jelas dan ada nilai atau pelajaran yang bisa dipelajari, tapi kali ini biarlah saya menulis sedikit bebas tanpa tekanan ini itu, tanpa tujuan ini itu. Saya ingin menunjukkan pada dunia, saya masih bisa menulis, barang satu dua tulisan di tiap minggunya bahkan bulannya.

Saya percaya awal yang baik tidak harus selalu sempurna, akan ada masa di mana kita harus berbuat apa adanya agar terlihat ada peningkatan. Dan itulah yang saya coba hari ini. Mengubah perilaku yang tak beraturan tak menentu menjadi sedikit bernilai tambah.

Di tulisan-tulisan berikutnya saya akan mencoba mengurai semua informasi perjalanan panjang beberapa tahun belakangan hingga saya bisa berada di titik sekarang ini. Lelah memikirkannya sejak lama bagaimana bagusnya memulai, tapi akhirnya menulis kata pertama hari ini adalah cara terbaik memastikan saya sudah memulainya.

Garis besar kehidupan saya belakangan berisi pengalaman berpindah dari tempat kerja satu ke yang lain, dari rumah satu ke rumah yang lain. Menjalani peran ayah dan suami yang penuh pelajaran dan merawat mimpi yang tidaklah mudah di saat semua terus berubah.

Tapi, beginilah akhirnya, saya berkarir sebagai dosen baru di kampus yang sudah tua, tapi penuh dengan tantangan. Hingga kini pun saya masih merajut asa melanjutkan pendidikan tinggi, meski bukan saat yang tepat untuk mengatakan apakah sudah siap atau belum. Perjalanan makin terasa panjang untuk ke sana tapi kadang kesempatan-kesempatan datang menggoda untuk mengejarnya segera.

Satu yang penting saya pelajari sejauh ini, persiapan yang matang, dengan kualitas diri yang mapan, apapun itu takkan jadi penghalang. Saya belum siap bersaing saat ini, tapi akan berjuang menyiapkan pribadi saya tahun ini. Apapun itu, harus daftar setelah mapan, bukan hal finansial, tapi kesiapan diri yang sesuai kriteria dan mampu berada di atas rata-rata. Beasiswa saat ini adalah pertaruhan harga diri dan kecakapan mengenal peluang. Tapi tanpa kemampuan, peluang akan jadi pengisi waktu yang terbuang.

Inilah tulisan pertama hari ini, Senin, awal minggu terakhir di bulan pertama tahun 2023. Sampai jumpa di tulisan selanjutnya.

Menakar Rasa Kecewa

Posted: December 31, 2017 in Smiler Writing

Saya mengingat semua yang terjadi pada hari itu, tapi entah mengapa saya lupa untuk mengatakan selamat tinggal.

Orang terdekat sudah saya hubungi, orang tua dan kerabat family pun sudah tahu dengan rencana saya. Setelah hubungan ini terjalin begitu lama, bahkan sejak kami lulus SMA, saya sudah memantapkan hati memilih dia sebagai wanita terakhir yang akan menemani hingga ajal menjemput. Telah saya tetapkan minggu kedua Januari 2015, saya akan melamar dia. Memang bukan waktu yang singkat tuk bisa sampai di posisi ini, dimana saya merasa mapan dan pantas tuk meminang anak gadis orang.

***

Begitu beratnya, kau lepas diriku

Sebut namaku jika kau rindukan aku

Aku akan dataaaang…

Ah, lagu “Mungkinkah” yang begitu popular di era 90an menjadi pengantar sendunya perpisahan kami malam itu. Mungkin Grup Band Stinky dan suara mellow Andrew dapat menyatu dengan suasana hati saya saat itu. Sebuah perpisahan harus terjadi, besok saya bertolak menuju ke Papua, tanah yang asing tak pernah terpikir untuk dijama oleh anak Makassar ini. Keberhasilan sebagai karyawan baru teknisi controller di PT.Freeport, salah satu tambang terbesar di Indonesia saat itu, mengharuskan saya meninggalkan kampung halaman. Jurusan teknik pertambanganlah yang memuluskan jalan saya bisa diterima di tempat ini, meski hanya lulusan universitas swasta, namun koneksi dan pengalaman yang saat praktik lapangan menjadi nilai plus bagi saya. (more…)

Aku Tidak dalam Pikirmu

Posted: March 10, 2014 in Smiler Writing
Tags: , ,

Tak ada yang pernah tau apa yang terjadi saat kita sedang tertidur, apatah lagi dalam tidur yang begitu pulasnya. Dan hal itulah yang membuatku terheran-heran pagi ini. Di saat kau menyambut ku dalam pagiku aku tak melihat senyum indahmu lagi. kau memang wajahmu yang begitu kusut, tegang dan ketus. Sembari menyiapkan sarapan di heja makan itu, kau berkata begitu lirih seakan menusuk dan menyeretku dalam ruang pesakitan. “hmm. bagus yah..sampai terbawa kedalam mimpi segala, pake sebut -sebut namanya lagi, ani..anii… dua kali lagi. Memangnya saya kurang apalagi mas?” (more…)

Sebuah Kisah

Posted: February 3, 2014 in Smiler Writing
Tags: , , , , ,

Akan kutuliskan sebuah kisah. kisah cinta dan kasih anak manusia. Ini bukanlah kisah cinta biasa. Kisah cinta ini lebih dari indah, lebih kejam dan lebih dramatis dari Kisah-kisah cinta lainnya. Dalam epik roman terpanjang dalam sebuah hikayat cinta sering kita menemukan adanya orang ketiga, menemukan perbedaan rasa akibat waktu yang memisah, atau bahkan kisah klasik perjodohan dari orang- Orang tua dulu. Dimana hak akan mencinta dan dicintai dengan pilihan hati sendiri adalah hal yang muskil. Cinta hanya berbatas pada kasih Orang tua dan kesukaan hati orang tua. Disisi lain cinta terkadang tak mampu terjaga, terbias oleh waktu dan jarak. Ibarat perjuangan dengan motif cinta, selalu saja akhirnya tak bisa ditebak, lebih dramatis, lebih indah atau malah menyediakan.
Kisah cinta ini bukan sebuah karangan namun ia nyata, dan telah mengukir luka dalam sejarah hidup anak manusia. (more…)

Takkan Terganti Selamanya (eps.1)

Posted: January 28, 2014 in Smiler Writing
Tags: ,

Hari ini merupakan perjalanan panjang bagiku, bukan dalam kontek konotasi namun lebih kepada denotasi nyata akan perjalanan panjang yang saya mulai pukul 04.00 dinihari hingga akhirnya tiba di kantin ini. Sebuah kantin SMA yang baru berumur lebih dari lima tahun ini merupakan istana kecil kami dulunya. Sebuah ruangan berdinding papan bersebelahan  tembok langsung dengan ruang kelas ini telah menjadi bagian sejarah kehidupan kami. Tapi hari ini aku kembali untuk menyempatkan diri sejenak beristirahat dari aktivitas kuliah yang berkepanjangan. Libur akhir semester tahun ini cukup panjang namun aku baru sempat kembali ke kampung di minggu terakhir liburan ini.

Setelah berkendari hampir sembilan jam, sang kuda besi berwarna biru akhirnya merapat tepat di depan kantin di sudut tenggara SMA ini. Aku membuka helm dan melihat ke dalam kantin, sekilas terlihat wajah ibunda yang hari ini terlihat sedikit lesu. Ketika melepas helm dari kepalaku, barulah beliau sadar dan agak terkejut kalau yang datang adalah anak keduanya dari enam orang anak yang telah ia lahirkan, Ia terheran-heran juga akan hadirnya anak yang selalu manja padanya. Yah, memang sangat jarang saya dan saudaraku yang lain berkendara dengan motor tuk jarak yang jauh tersebut bahkan terkadang kami dipaksa untuk menggunakan mobil sewa saja dengan alasan keamanan dan kenyamanan kami. Memang  tak ada yang selalu terpikir oleh kedua orang tua kami selain rasa aman yang harus diberikan kepada kami semua. Namun hari ini aku memutuskan tuk datang dengan menggunakan moda transportasi roda dua ini agar nantinya aku berkesempatan untuk mengunjungi teman lamaku yang tinggal di seberang kecamatan yang terpisahkan oleh sebuah kota administrative yang telah lama dimekarkan. Dengan membawa tas ransel hitam yang sering saya gunakan tuk menenteng buku ke kampus, saya membawa beberapa lembar pakaian dan oleh-oleh, namun taka da yang sepesial dari oleh-oleh ini, hanya beberapa bungkus keripik pedas yang dulu sering dipesan oleh ibu saya, oh iya saya lebih senang memanggil ibu saya dengan kata mama’. Yah mama’ dengan huruf a terakhir yang agak ditekan. Panggilan itulah yang terkadang membuatku rindu, rindu akan semua kehangatan kasihnya. Tapi biarlah saya menulis ibu dalam tulisan ini, yah ibu saya suka keripik pedas yang agak sederhana ini. Hanya itu ole-ole yang saya bawa kali ini, tak ada yang lain karena kendaraan saya yang tak memungkinkan. (more…)