Posts Tagged ‘menulis’

Dulu dan Nanti

Posted: December 1, 2018 in Australia Daily
Tags: , , ,

Saya ingat ketika pertama kali datang ke Ausi, negara maju, penuh warga keturunan Eropa. Dimana-mana orang berkendara dengan tertibnya. Banyak gedung menjulang. Jalan yang begitu bersih. Juga taman-taman asri nan sejuk.

Beberapa hari berikutnya, saya berada di Gero, suasananya berbeda dari ibu kota. Tak ada gedung tinggi, bangunan ciamik ciri khas Eropa, dan juga kereta cepat tuk transport massalnya.

Jauh di pedalaman ini, saya belajar banyak hal baru. Hari-hari berganti seiring musim berganti. Cuaca berangin, suhu panas dan dingin silih berganti menyapa. Saya pun bersyukur iklimnya tak seekstrim region lain di belahan timur dan selatan. Salju pun tak turun di musim dinginnya.

Tugas saya pun selalu penuh kejutan. Kadang berlalu biasa saja, kadang merasa terlalu berat tuk kemampuan saya yang biasa saja. Namun tak jarang, kebahagian dan rasa senang memenuhi dada diakhir hari-hari yang melelahkan.

Memang perpisahan adalah akhir dari semua perjalanan. Mungkin cerita di sini akan menjadi kenangan di masa tua. Bercerita bahwa keagungan dan kebesaran bangsa lain, keberagaman yang begitu dihormati dan tentang semua kearifan budaya yang dijaga selalu.

Perayaan di sini tak terbatas satu atau dua saja. Setiap pekan mereka merayakan kebersamaan. Dimana fasilitas publik benar-benar bisa dimanfaatkan masyarakatnya. Rasa kebersamaan terjalin dari interaksi dan juga saling memahami.

Saya mungkin pulang dengan pengalaman baru, menjadi pribadi yang baru, namun kesederhanaan dari perjalanan hidup selamanya akan membekas di ingatan.

All Language Assistants 2018, Anwar, Ismail, Arif, dan Galuh!

Taruh dimana yah? Perasaan tadi ada di sini” pikirku dalam hati. Sembari mencari-cari, akhirnya saya sadar kacamata itu ada dia atas kepala saya.

Mungkin hal tersebut sering terjadi, mencari-cari sesuatu yang sebenarnya ada di dekat. Saking dekatnya ia sering tak terlihat.

Hidup kadangkala tak jauh-jauh dari hal seperti itu. Terkadang kita mencari kebahagian dengan sebuah perjuangan jauh ke penghujung dunia lain, tanpa sadar banyak kebahagiaan yang sudah disediakan dekat di lingkungan sekitar kita.

Keluarga dan kampung halaman pun sebenarnya adalah kebahagiaan tersendiri. Kebahagiaan yang dicari untuk rasa damai dan tentram. Mungkin jika berada di kampung dan di antara keluarga, sangat pasti kita takkan merasa hal itu berharga.

Rasa berharga akan nilai keluarga dan kampung ini akan begitu terasa saat kita jauh dari mereka. Terpisah jarak membuat kita menjadi lebih bijaksana menilai dari sudut pandang yang berbeda.

Jika masih merasa kebahagiaan belum dicapai, masih merasa perlu mencari dan mencari hingga kadang putus asa, cobalah berhenti sejenak. Jangan dipaksakan.

Kalau perlu berpetualang dulu ke tempat lain, berpindah dulu ke pekerjaan baru, atau masuklah di komunitas yang menawarkan suasana baru.

Jangan takut dengan perubahan, siaplah hadapi tantangan apapun itu. Karena bagaimanapun susahnya, sulitnya, rumitnya, sebuah persoalan pasti akan ada akhirnya.

Ingat selalu, semua akan terasa mustahil sampai kita selesai melakukannya.

 

IMG_4291

Sudut kota Gero Bebas nan Damai

 

Kenapa terlalu cepat berhenti, saat kita belum sama sekali memulai.

Saya tak pernah memungkiri bahwa memulai sesuatu yang rutin merupakan perjuangan berat. Dalam berbagai bentuk usaha membangun sebuah kebiasaan, langkah awal menjadi penentu memulai, tapi menjaga konsistensi melakukan adalah kunci keberhasilan.

Saya selalu mencoba, memaksa diri menghasilkan sebuah tulisan dalam sehari, sekurang-kurangnya satu tulisan saja, namun selalu saja berakhir dengan halaman kosong tanpa sebaris kalimatpun. Paling banter sebuah judul dan kalimat pengantar. Begitu saya menulis, tiba-tiba khawatir dengan hasilnya. Terlalu berharap banyak dari ketidakpastian respon pembaca.

Orang-orang memang banyak berkata bahwa, cara termudah dalam menulis adalah menceritakan ulang sesuatu yang sudah dialami. Tapi ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Dalam perjalanan di Australia, saya belum mampu melihat pengalaman pribadi sebagai cara termudah mendapatkan ide tulisan.

Konsumsi publik dan selera pembaca selalu jadi pertimbangan saya. Selama ini menjadikan tulisan sebuah sumber informasi selalu jadi landasan saya menulis. Ketika tak ada unsur informasi yang ada dalam tulisan saya, rasanya tulisan tak berfaedah, hanya untuk kepuasan diri sendiri.

Tak jarang, saya pun banyak mencontoh tulisan-tulisan yang menurut saya bermanfaat untuk dibaca, apakah itu informasi yang berbeda, ataukah cara penyajian berbeda untuk informasi yang sama.Ujung-ujungnya rasa kecewa selalu ada, selalu menggebu-gebu diawal, tapi kembali pesimis di akhir.

Tulisan ini adalah sebuah bentuk keresahan dari penulis biasa, seperti saya. Ketidakpercayaan atas tulisan sendiri melihat pembaca yang nampak tak menikmati. Dan ujung-ujungnya adalah tulisan yang lari ke sana kemari tanpa arah dan tujuan pasti. Beruntung jika jadi sebuah tulisan, jika tidak, maka hanya sebuah kekecewaan lagi dan lagi.

Dan sudah saatnya saya berhenti, dari semua ketidakpercayaan itu, saya percaya, suatu saat, tulisan saya akan merajai banyak media, menjadi trending topik, dan tidak perlu lagi melihat tulisan orang lain sebagai contekan yang kadang menjadi lebih buruk. Dan mungkin tulisan saya berikutnya adalah sebuah bentuk kebebasan ekpresif dari diri saya. Tak perlu lagi menanyakan kenapa tulisan berubah dan tidak terarah, jawabannya singkat, saya hanya mau menjadikan tulisan saya media aktualisasi diri saya dan eksistensi saya.

Jangan jadikan acuan, dan jangan jadikan penghakiman, semua orang berhak atas kemerdekaan berekspresi!

 

Dalam hiruk pikuk kesunyian malam, sejenak bermimpi untuk kembali ke dunia nyata. Dalam malam-malam akhir-akhir ini, seorang gila namun waras bercerita tentang hal-hal yang tidak ia ketahui. Tentang berbagai pengalaman yang tidak pernah ia alami dan bagaimana ia akhirnya menyelesaikan masalah yang sampai kini membuatnya pusing.

Terkadang sebuah kebohongan takkan nampak jelas jika ia dikemas dengan rapi. Pun begitu sebuah kejujuran akan nampak tak berarti jika ia dikatakan seadanya. Hidup dalam kesederhanaan tak lagi menjadikan kita lebih baik di mata orang lain. Hanya perasaaan tenang bagi jiwa dan raga.

Banyak di antara kita, merasa kuat tuk hal-hal yang tak bisa kita angkat sedikitpun. Tapi juga tak jarang merasa lemah tuk mengatasi masalah yang sangat mudah. Seperti lelaki yang menyatakan dengan mudahnya kata suka dan sayang, dan seperti wanita yang menolak mencinta karena takut dengan rasa sakitnya. (more…)

“..Bagi pengendara…untuk tidak menggunakan handphone saat mengemudi…”

Suara merdu itu mulai akrab di telinga saya sejak beberapa bulan belakangan. Sejak menggunakan perangkat lampu lalu lintas yang baru, beberapa titik persimpangan di Kota Makassar telah dilengkapi dengan pengeras suara. Fungsi pengeras suara ini lebih sebagai media informasi yang berusaha mengingatkan pengendara yang melintas untuk tetap memperhatikan keamanan dan ketertiban saat berkendara. (more…)

Dalam keseharian kita sebagai mahasiswa tingkat S2, tentu saja tuntutan menulis dan menuangkan ide itu bukan hal yang baru dan tentu saja perlu perhatian khusus. Jenis tulisan inipun lebih dikenal dengan Tulisan Akademik. Kami sendiri merasa menulis akademik terkesan menantang dan penuh dengan kegalauan. Terkadang memulai tulisan itu memakan waktu 2 hari, menyempurnakan isinya baru pada H-2, bahkan ada yang katanya (ini hanya katanya) tulisannya bisa selasai pad malam hari sebelum hari deadlinenya. Hm, apa sebenarnya yang menjadi kendalanya yah? Menurut hemat penulis sendiri ada banyak hal, namun kali ini kita akan coba mengintip apa dibalik semua itu.

Sebenarnya menulis akademik itu mudah. Dalam tulisan akademik, kita dituntut untuk mengemukakan pendapat kita dan tetap mengantispasi kontra argumen yang mungkin muncul. Kita harus mampu untuk mengatur ide yang kita punya dalam barisan kata yang panjang ataupun singkat. Jalan ceritanya tidak akan sepenting kejelasan dari tata letak yang logis tentang ide-ide tersebut. Terkadang kita juga harus menguasai kosakata teknikal dan juga penggunaan yang tepat terhadap kata-kata tersebut dalam bidang ilmu kita.

(more…)

Lelah Kataku

Posted: February 19, 2014 in Rasa
Tags: , ,

Tersudut yang tersambut pagi
Kala lelah pena tuk merangkai kata
Tak lagi menantang ide imaji
Dalam sulit mencoba berkata

Titik jenuh mengepul ibarat mendung
Awan gelap tak menggerakkan pikir
Kala semua menghujani, dalam bosan tuk berkata
Aku menikmati hujan bosan itu

Aku mungkin basah kali ini
Aku mencoba menikmatinya
Meski jauh di dasar hati ini
Aku ingin mentari kataku lagi

Lelah bukan pilihan tuk berkata
Namun dalam kata ada lelahku
Moga semangat tak termatikan lagi
Hingga ia meredup dan perlahan berkobar lagi

#fightforwriting