Posts Tagged ‘kuliah’

Kata “Cie” Yang Memisahkan Kita

Posted: November 21, 2015 in Rasa
Tags: , , ,

Beberapa hari terakhir ini, aku merasakan ada banyak hal yang berbeda dari apa yang biasa kita jalani. Kita yang dulu melakukan hal bersama, belajar bersama, mengerjakan tugas bersama, latihan menyelesaikan soal TOEFL bersama, bahkan terkadang makan pun kita tak berpisah, yah walau terkadang memang kita tetap bersama teman-teman yang lain juga saat makan. Tapi, aku mulai sadar bahwa apa yang kita lakukan dari dulu itu merupakan hal yang tidak wajar bagi hubungan yang sebatas teman. Aku bukan merasa aneh dengan mereka yang bersahabat dekat dan menganggap semua sebatas keakraban sebagai sahabat semata. Namun aku melihat itu sebagai hal yang tak wajar dilakukan oleh orang yang tidak berpacaran. Kata mereka sih kita ngedate, padahal kan  apa yang kita lakukan tak lebih dari hal-hal positif sebagai teman yang saling membantu satu sama lain.

(more…)

Kertas Putih-Putih

Posted: February 23, 2015 in Curcol, Kuliah, Rasa
Tags: , , ,

Sederhana. Begini. Sudah berapa halaman yang jadi? Masih belum jalan? Sama dong. Saya berpikir sejenak yah.
Mungkin begini. Ada yang memulai dan terstruktur dengan baik. Seperti tiap langkah bahkan coretannya pun telah ditetapkan pada tiap barisnya. Ada yang menyendirikan dirinya dalam ruang pribadinya hingga teks itu terlahir dalam bentuk nyaris sempurna. Itupun sempurna menurut pandangan awam. Saya dan mereka menjadi diam kala perhelatan itu terhenti sejenak. Kita seakan memandang pada waktu yang menertawakan kamu yang dulu penuh keyakinan. Atau bahkan si dia yang dari dulu berkata rombengan, kiasan pinjaman dari seorang itu, sudah matang dengan rencana yang tak tergantikan lagi. Meski teori berkata tidak namun si A mungkin berkata “aku sih..yes”
Terlebih lagi pada mereka yang rela menggelarkan tikar beralaskan pagi, menanti tiap hari mengalahkan penjual jajanan dini hari. Semangat itu tak luntur hingga siangpun menjadi. Katakanlah pada diri mereka itu pejuang sejati yang tak takut pada genk motor itu, bahkan mereka bersahabat pada tukang bentor yang menjadi tempat berteduh mereka hingga terkadang tertidur di atas bentor itu menanti beliau bangun dari tidur bukan mati.
Tapi, bagaimana dengan kita, seperti apa kita kini. Pada headline news berita belum terkabarkan saat ini. Seseorang, dua orang ataupun sejenis perorangan yang tersegerakan. Mendapatkan restu dari pemegang kuasa dalam tenggat waktu yang tak lagi lama.
Kita iyya?
Sudah jauh tidak kita melangkah? Atau kita tak sadar berjalan di tempat? Biarlah kita bergerak walau sedikit. Namun terkadang kecepatan lebih menggiurkan dari sekedar gelaran kenamaan. Berlumut dah sudah kita, seperti yang lain-lain mungkin bisa, sehingga kita hanya butuh formalitas semata hingga gelar itu bersama kita.
Mencoba menjadi idealis terkadang mudah, cukup tidak mainstream. Namun ia yang begitu,  pasti jarang kan mendapatkan hal yang diharap itu.
Bertanyalah saja…
Apa harus menunggu kertas putih ini menjadi hitam dulu sebagai bukti kita juga sedang berusaha? Atau cukup kita berikan ide ini ke tempat yang semestinya?
Sembari menanti, mungkin ada baiknya kita sendiri yang berganti. Rubahlah kita menjadi mereka. Menjadi seperti seharusnya dan seperti itulah mungkin sedari dulu terjadi. Kala kertas-kertas putih itu masih putih, namun kita memilih tuk tetap bermimpi.
Kala waktu itu berganti, namun kita memilih tuk bersantai. Yah, esok masih ada pagi, hari masih jauh tuk meninggalkan rona pada sunset. Kita masih berlari dan belum jauh dari tujuan ataupun titik kita memulai. Kita belum pasti berhenti atau mencapai semua mimpi. Hanya satu yang pasti kita bukan lagi bagian dari masa yang terlampaui. Sudah berlalu pada yang masa yang tak menentu. Tanpa reaksi yang tak termotivasi. Menuntut kalian tuk beraksi dalam ruang imajinasi. Hingga kelak kita melihat toga dalam dimensi yang pasti.

Minggu lalu seorang dosen saya memberikan beberapa tips hebat tentang bagaimana menghasilkan penelitian yang berbobot dan mampu menembus seleksi tingkat nasional bahkan internasional. Ternyata apa yang beliau sampaikan tak jauh dari apa yang kita sebut sebagai strategi, yaitu seperangkat tindakan yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Nah, terkadang orang mempunyai tujuan yang sama namun mereka tidak mencapai tujuan itu secara bersama-sama karena mereka mempunyai strategi yang berbeda. Satu hal yang menarik dari pengalaman yang disampaikan oleh dosen tersebut adalah bagaimana ia menjelaskan apa yang dilakukannya selama ini dalam mencapai kesuksesan karirnya sebagai ‘strategi hidup’. Untuk strategi hidup ini dapat dibaca pada fragment 2 tulisan “Sekeping Mozaik Kehidupan

Terlepas dari pembahasan strategi hidup, saya menemukan sebuah materi tentang strategi belajar yang menurut saya cukup berharga untuk disampaikan kepada teman-teman semua, khususnya dalam pendalaman materi. Yah, karena tuntutan untuk menguasai satu bidang kajian yang lebih mendalam untuk mencapainya yang namanya profesionalitas. (more…)

Jalur yang Baru

Posted: September 13, 2014 in Curcol, experience
Tags: , , ,

Ingin ku ceritakan padamu tentang ruang yang pernah kita singgahi bersama. Tentang mereka yang berlaku bak penguasa dan menjadikan kita tertindas. Entah seperti apa mereka kini, saat cerita kita terus berlanjut dalam kenang kita dan kata-kata kita masih kerap mengutuk mereka. (more…)

Sekeping Mozaik Kehidupan

Posted: September 10, 2014 in Curcol, daily life, Rasa
Tags: , ,

Rindu pada ketikan kata-kata ini menjadikan diriku sedikit menghasut jemari tuk kembali bermain dengan tuts keyboard laptop ini. Sudah seperti dahulu dalam ruang tanpa kepastian dan kesibukan dengan kesendirian, tak ada yang berarti dan mendesak tuk diselesaikan hari ini, maka sejenak bersama lembaran kisah yang terekam dulu mencoba tuk menjadikannya fragment kisah dalam tulisan ini. Terima kasih untuk mereka yang menginspirasi, tiga kisah dalam mozaik kehidupan, selamat membaca: (more…)

Ada satu waktu dalam pembelajaran dulu dosen saya berkata ” kita Orang Indonesia punya budaya yang sangat besar malunya”. Dan kalimat tersebut disampaikannya kala membahas tentang persepsi Orang-orang terhadap para sarjana bahasa Inggris. Yah, kebanyakan orang-orang menilai keahlian bahasa Inggris seseorang dari kemampuannya dalam bertutur bahasa Inggris, padahal dalam bahasa Inggris ada banyak aspek selain kemampuan berbicara yang menjadi tolak ukur kemampuan berbahasa Inggris seseorang. Bahkan ada standard test tersendiri yang bisa digunakan sebagai tolak ukur tersebut seperti IELTS ataupun TOEFL. (more…)

Ada yang tahu dengan kata ‘cultural content’? Saya yakin anda punya latar pendidikan yang baik, meski tak harus seorang pendidik, istilah ini dapat dimengerti oleh orang yang mampu menerjemahkan kata dalam bahasa Inggris. Kata tersebut merujuk pada sebuah bagian penyusun dalam materi pembelajaran. Content yang dimaksud terkhusus pada informasi yang diberikan dalam materi pembelajaran yang mengaitkan unsur kebudayaan di dalamnya. Mengapa kebudayaan? Apa hubungan kebudayaan dalam pengajaran? Toh budaya kan punya mata pelajaran sendiri, seni budaya? Buat apa bergabung dalam materi pembelajaran yang lain? Hal ini juga telah menjadi fokus beberapa penelitian terdahulu yang akhirnya menemukan bahwa manusia dan kehidupannya telah membentuk budaya sehingga apapun yang ingin anda pelajari, pikirkanlah faktor kebudayaan yang akan tersentuh olehnya.
(more…)

Dalam keseharian kita sebagai mahasiswa tingkat S2, tentu saja tuntutan menulis dan menuangkan ide itu bukan hal yang baru dan tentu saja perlu perhatian khusus. Jenis tulisan inipun lebih dikenal dengan Tulisan Akademik. Kami sendiri merasa menulis akademik terkesan menantang dan penuh dengan kegalauan. Terkadang memulai tulisan itu memakan waktu 2 hari, menyempurnakan isinya baru pada H-2, bahkan ada yang katanya (ini hanya katanya) tulisannya bisa selasai pad malam hari sebelum hari deadlinenya. Hm, apa sebenarnya yang menjadi kendalanya yah? Menurut hemat penulis sendiri ada banyak hal, namun kali ini kita akan coba mengintip apa dibalik semua itu.

Sebenarnya menulis akademik itu mudah. Dalam tulisan akademik, kita dituntut untuk mengemukakan pendapat kita dan tetap mengantispasi kontra argumen yang mungkin muncul. Kita harus mampu untuk mengatur ide yang kita punya dalam barisan kata yang panjang ataupun singkat. Jalan ceritanya tidak akan sepenting kejelasan dari tata letak yang logis tentang ide-ide tersebut. Terkadang kita juga harus menguasai kosakata teknikal dan juga penggunaan yang tepat terhadap kata-kata tersebut dalam bidang ilmu kita.

(more…)

(Mantan) Ruang

Posted: February 21, 2014 in Cerpen, Kuliah
Tags: , , , , ,

Jumatan telah selesai, kami meluncur dengan kecepatan biasa-biasa saja, melontarkan deru polusi mesin matic dan honda supra yang sedari tadi menemani. Kami bertiga, ada A, I, dan U..(kurang E dan O). Kami bertiga tadinya berbanyak-banyak ria, namun tuntutan profesi, kami berpisah meniti karir di dunia berbeda (dunia lain juga). Kami tadinya dihampiri kegalauan dengan tingkat bervariasi, mulai tinggi, sedang, dan rendah. Si A mungkin rendah, atau juga sedang, aku masih sedang pun tak tinggi, Namun si U, ternyata galaunya tertinggi. Muasalnya tak lain adalah penutup kepala kulit membalut plastik elegan dengan kaca yang sisi kerenitasnya tak lagi diragukan, telah dipinjam orang lain tanpa sepengetahuan kami. Sang peminjam yang tak segan-segan mencongkel dan memindahkannya ke tempat yang tak kami ketahui lagi, tanpa kabar, nampaknya ia tak bermaksud mengembalikannya lagi.

Diluar kegalauan itu, si U tetap bersyukur pada_Nya, toh hanya bagian kecila tersebut yang diambil, gimana kalau yang diambil bagian besarnya? Hm, selalu ada jalan tuk mengajari kita bersyukur. Setidaknya pengalaman kali ini menampar-nampar kami untuk melihat dari segala sisi. Tadinya kami melihat dari sisi efisiensi waktu, ternyata kami teledor dalam hal keamanannya. (more…)

Memaknai Belajar

Posted: February 14, 2014 in Kuliah
Tags: , ,

Pengajaran itu membutuhkan kreativitas, lebih dari sekedar ingin dan hasrat dari pengajar untuk memenuhi kewajiban beberapa puluh menit di dalam kelas. Dalam kondisi klasik, pengajaran semakin didesain untuk menuntaskan semua materi yang terdapat pada daftar materi dalam silabus. Dampaknya menimbulkan ketimpangan dari proses pengajaran, transfer ilmu yang berjalan satu arah membuat siswa passive dan hanya dapat menangkap materi yang disampaikan dalam jumlah yang sangat sedikit. Banyak yang mengeluh bahkan tak jarang yang meninggalkan kelas karena merasa proses belajar tidak menarik. Siswa merasa tidak diperhatikan lagi.

Parahnya lagi, terkadang pengajar tidak memperdulikan hal tersebut. Toh, menurut mereka, jika semua siswa dituruti kemauannya, maka proses belajar tidak akan berjalan. Dalih yang mengedepankan ketuntasan materi seakan mematikan kreativitas guru dan ketertarikan siswa. Permasalahan inni telah banyak terjadi di Negara kita ini, utamanya yang berada di daerah urban dan daerah yang memiliki guru-guru yang kurang terlatih dan tidak begitu kreative untuk memanfaatkan waktu yang ada untuk mencapai keberhasilan dalam semua aspek pembelajaran, termasuk tersampaikannya semua materi dan juga siswa mendapatkan pengetahuan yang bermakna. (more…)